Mengulas “Babad DesaTulakan” dan “Sayyid Ustman Mandalika”
Sejarah dan
asal usul suatu desa biasanya akan diturunkan secara lisan. Sambung lidah ini
yang pada akhirnya sejarah tersebut menjadi tidak orisinil lagi. Sejarah-sejarah
tersebut terutama sejarah desa-desa plosok yang ada di jawa banyak bubuhan
mitos. Ditambah lagi sumber dan bukti sejarah yang minim, sehingga
sejarah-sejarah tersebut pada akhirnya lebih tepat dikatakan sebagai sebuah legenda.
Seprti
halnya legenda yang diangkat berdasarkan beberapa bukti lisan maupun budaya
sekitar. Desa Tulakan dan desa-desa yang ada di Kecmatan Donorojo juga memiliki
suatu legenda, beberapa diantaranya cukup masyhur. Bapak Soebekti Sahlan
mencoba menceritakan dan mengabadikannya dalam catatan-catatan yang beliau
rangkum menjadi sebuah buku. Catatan-catatan tersebut berisi sejarah yang masih
bercampur dengan legenda, dan mitos. Catatan tersebut merupakan babad desa-desa
yang ada di Kecamatan donorojo yang beliau kumpulkan dari hasil wawancara
dengan tokoh-tokoh yang tahu dan pernah mendengar sejarah desanya sendiri. Dan
pada akhirnya cacatan-catatan tersebut dikumpulkan menjadi satu buku besar “yang
masih tanpa penerbit” yang judul “BABAD DONOROJO”.
Salah satu
desa yang tertuang cerita cukup populer adalah pada satu karya yang berjudul
Babad Desa Tulakan, yang dilengkapi dengan legenda pertapaan nyai Ratu
Kalinyamat beserta seorang penasihat beliau, Sayyid Ustman –yang dikebumikan di
pulau mandalika.
Sayyid
Ustman direpresentasikan dalam sebuah golek yang terdapat di jembul Tulakan.
Tampilan beliau digambarkan memakai pakaian serba putih dan memakai penutup
kepala putih. Representasi golek-golek dalam ritus Jembul ini dimaksudkan agar
generasi setelah “pembebasan desa Tulakan” masih tetap menjaga kelestarian
sejarah yang ada. Dalam hal ini, Ki Ageng Baratha lah yang pertama kali menggagas
Jembul dengan segala kegiatan yang ada didalamnya.
Dalam buku
tersebut, akan diceritakan sosok Ki Ageng Baratha, Sayyid Ustman, juga
asal-usul Nyai Ratu Kalinyamat sehingga bisa melakukan “Topo” di desa Tulakan,
tepatnya dukuh pejing.
Buku-buku
karya Bapak Soebekti Sahlan sangat direkomendasikan bagi anak-anak muda
sekarang agar dapat mengetahui asal-usul serta kisah-kisah paa tokoh yang
menyelimuti desanya sendiri. Hanya saja, sayang buku ini tidak terjual secara
bebas, dan belum diterbitkan secara masal. Jadi, bagi yang menginginkan
membacanya, bisa meminjamnya.
Mari Kita bersholawat
2 komentar untuk "Mengulas “Babad DesaTulakan” dan “Sayyid Ustman Mandalika”"