Ngulas Buku Mereguk Kearifan Para Kyai, part 1

Cover luar tampak depan buku


Indonesia, yang merupakan negara berflower (berkembang) setelah habis masa kolonial masih punya banyak PR. Belum lagi ketambahan ketegangan-ketegangan yang sekarang tengah dihadapi bangsa, persoalan BBM yang masih menjadi buah bibir masyarakat, isu-isu pemindahan ibukota ditengah hutang negara yang terus menumpuk, atau bahkan berita tentang per-sepak bola-an tanah air menambah awan kelam bangsa Indonesia. Ditengah atmosfer keriuhan bangsa Indonesia, sosok teladan penting untuk dihadirkan. Karena dalam sebuah maqol menjelaskan bahwa “Keteladanan adalah modal utama dalam mendidik”. 


Keteladanan, banyak ditunjukkan para pendahulu-pendahulu yang memang sudah benar-benar terlihat hasil yang ditorehkan. Mereka memiliki dedikasi yang tinggi untuk ummat dan negara. Banyak diantara mereka menempuh jalan panjang diberbagai penjuru untuk mendapatkan ilmu dan mencetak gagasan membangun. Mereka membangkitkan budaya lama yang “baik” dan mencoba membungkam budaya lama yang tidak bermanfaat, atau justru merusak dengan budaya baru yang lebih baik. 


Buku karya Dr. Jamal Ma’mur “Mereguk Kearifan Para Kyai” mencoba memberikan suplemen kepada pembaca dengan gagasan-gagasan dan keteladanan para ulama’ tanah air. Terdahulu hingga kontemporer. Mereka layak diteladani warga muslim Indnensia. Kegigihan, keuletan, dan perjuangan yang mereka dijalani, ditampakkan di buku ini. 


Keuletan dan kegigihan mereka saya menjadi teringat dengan salah satu buku yang jusa sama  menghimpun biografi-biografi ulama’, bedanya negaranya. Yang kedua ini mengisahkan bebrapa ulama’ ahli tata bahasa arab dalam berkelana menuntut ilmu. 


Salah seorang dari mereka yang saya ingat ceritanya adalah murid dari Imam Sibawaih, bernama “Qathrab”. Beliau memiliki nama asli Abu Ali Muhammad bin al-Mustamir. Lahir dan dibesarkan di Basrah. Qathrab merupakan nama sebutan yang diberikan gurunya, imam Sibawaih. Nama tersebut diberikan oleh sang guru karena ia, Qathrab sering kali menungguni Imam Sibawaih di depan pintu rumahnya pada malam hari, sehingga ketika Imam Sibawaih bangun pagi, Qathrab sudah berada di depan rumahnya.


Nah, di era sekarang yang serba mudah terlebih untuk mencari informasi, mungkinkah kita bisa seperti murid Imam Sibawaih tersebut, yang rela pergi sangat awal kerumah gurunya, menunggu hingga kerawuhanya ?




Ranting Tulakan V
Ranting Tulakan V Belajar, berjuang, serta bertaqwa.

Posting Komentar untuk "Ngulas Buku Mereguk Kearifan Para Kyai, part 1"