Ki Leboh, babat alas dukuh kedondong

Tiap bulan Suro (Muharrom) hari Jum'at Pahing warga dukuh kedondong berbondong-bondong menghadiri manganan yang berlokasi di tempat petilasan ki Leboh, watu tungku, Gunung punjul, dukuh kedondong.


Watu yang artinya Batu. dan tungku adalah tempat untuk memasak. Batu tersebut adalah batu yang dipercaya  sebagai petilasan Ki Leboh yang masih ada sampai saat ini.


Batu besar yang dipercaya sebagai tempat ki Leboh berdiam diri ini ditutupi dengan bangunan kecil yang digunakan untuk teteduhan pemimpin acara pada manganan. Nuansa asri dan mistis di tempat ini masih sangat melekat dengan terjaganya tetumbuhan dan rerimbunan disekitarnya. Pohon-pohon tua nan rindang juga menambah kesan mistis tempat ini.


(Gambar diambil saat ziarah ramadhan) 


Dibalik kemistisan-kemistisan tersebut. petilasan ini mengandung histori yang melengkapi babad desa Tulakan. Kisah Ki Leboh tak bisa lepas dengan sosok gurunya. Ki Leboh merupakan murid dari Ki Ageng Baratha - yang merupakan babat alas desa tulakan, yang menjadi cikal bakal berdirinya desa dan yang mengganti nama Alas Tuwo menjadi kademangan Tulakan.


Setelah pembebasan kademangan Tulakan, Ki Leboh di berikan tugas untuk membuka lahan di wilayah utara dari desa Tulakan. menurut Soebekti Sahlan - penulis Babad Donorojo. daerah tersebut ditumbuhi oleh pohon Kedondong yang begitu banyak. sehingga daerah tersebut dikenal dengan dukuh kedondong, masih menjadi bagian dari kademangan Tulakan.


Ki Leboh bersama 3 murid Ki Ageng Baratha lainnya berasal dari Kerajaan Mataram Islam. Mereka membersamai Ki Ageng Baratha dalam pengembaraannya yang akhirnya menetap di daerahnya masing-masing, sesuai perintah dan penunjukan gurunya - Ki Ageng Baratha.


Ki Leboh, bagi sebagian orang dipercaya wafat dan dikebumikan di tempat petilasan tersebut. Sebagian juga mempercayai bahwa petilasan tersebut bukanlah sebuah makam. Hanya sebuah petilasan tempat Ki Leboh tinggal.  Salah seorang warga setempat yang dianugrahi kelebihan mata batinnya pernah suatu hari melihat sosok yang diyakini sebagai Ki Leboh. Dengan Pakaian serba hitam dan memakai blangkon serta menunggangi kuda berkeliling dukuh Kedondong untuk melihat lihat keturunannya.


(ilustrasi)


Salah satu tradisi yang melekat dalam hal ini adalah pada penyajian bubur abang putih masyarakat setempat dalam suatu acara kenduri atau selamatan, sebaiknya pangkal daun pisang (bagian daun yang dipotong) yang digunakan untuk wadah dan tutup bubur dihadapkan ke arah Utara atau lebih tepatnya mengarah ke daerah petilasan Ki Leboh (dadi punjere).


Dan itulah sedikit History Trevelling kali ini. Memang tak banyak sejarah yang menguak dan mendokenatasikan pada leluhur Desa masing-masing. Yang tersisa hanya cerita  dari mulut ke mulut hingga ke generasi selanjitnya. Hal ini menjadikan informasi yang diterima memiliki banyak versi yang pada akhirnya mengkaburkan sejarah aslinya.


Terima kasih. Semoga bermanfaat
salam Berjuta (Beljar, Berjuang, Bertakwa)

Ranting Tulakan V
Ranting Tulakan V Belajar, berjuang, serta bertaqwa.

Posting Komentar untuk "Ki Leboh, babat alas dukuh kedondong"